Si Karismatik Charlie Wade - Chapter 200

Kenyataan pahit yang tersembunyi di balik pertunangan Wendy dan Gerald kini mulai terkuak. Meski belum menikah, keduanya telah menjalin hubungan cukup lama. Beberapa waktu lalu, dalam kelalaian masa muda, Wendy hamil di luar nikah. Untuk menghindari skandal, Nyonya Wilson memaksa cucunya menggugurkan kandungannya, berjanji bahwa mereka bisa memiliki anak setelah pernikahan resmi.

Namun tak pernah terbayang dalam benaknya bahwa keluarga White akan datang hari ini untuk memutuskan ikatan pertunangan begitu saja! Bukankah ini berarti mereka telah mempermainkan Wendy selama ini? Terlebih lagi, setelah membuat cucunya kehilangan kehamilannya, kini mereka hendak pergi begitu saja?

“Tuan White,” Nyonya Wilson bertanya dengan suara bergetar menahan amarah, “mengapa Anda melakukan ini? Keluarga Wilson tidak pernah menyinggung Anda! Selain itu, kami selalu memperlakukan Gerald seperti putra kami sendiri. Dia dan Wendy bahkan pernah mengandung anaknya.”

Ia menarik napas dalam sebelum melanjutkan, “Saya juga selalu memikirkan reputasi kedua keluarga. Ketika Wendy hamil di luar nikah, saya yang menganjurkannya untuk menggugurkan kandungan. Anda tidak bisa memperlakukan kami seperti ini, bukan?”

Mendengar hal itu disebut, Wendy tak kuasa menahan air matanya.

“Jika Anda ingin menyalahkan seseorang,” Zeke White mencibir, “salahkan diri Anda sendiri, Nyonya Wilson. Anda terlalu tidak tahu malu!”

“Ini…” Nyonya Wilson terkejut mendengar kecaman langsung itu. “Apa yang telah saya lakukan?”

“Saya memberikan Charlie sebuah vila,” Zeke berkata tegas, “tetapi kalian berniat merampoknya. Bagaimana mungkin saya bisa berbesan dengan orang-orang yang tidak memiliki moral seperti Anda?!”

“Tapi ini masalah internal antara kami dan Charlie,” Nyonya Wilson mencoba membela diri. “Mengapa Anda harus terlibat?”

“Anda benar-benar tidak tahu malu!” Zeke membentak. “Vila itu adalah hadiah kehormatan untuk Tuan Wade. Anda berani merampoknya? Anda bahkan tidak mempertimbangkan hal ini. Sungguh memalukan!”

Nyonya Wilson merasakan nyeri tajam di dadanya. Meski Zeke White keterlaluan dalam menghinanya, ia tak berani membantah. Bagaimanapun, ia sadar bahwa dirinyalah yang bersalah. Yang tak pernah ia duga adalah betapa tingginya rasa hormat Zeke terhadap Charlie, yang selama ini ia anggap rendah.

Wendy jatuh terduduk di lantai, matanya memohon pada Gerald. “Kakak Gerald,” isaknya, “aku pernah mengandung anakmu. Kamu tidak bisa meninggalkanku begitu saja!”

“Jika kamu ingin menyalahkan seseorang,” Gerald menjawab dingin, “salahkan nenekmu dan ayahmu. Oh ya, salahkan juga kakakmu!” Ia berhenti sejenak sebelum melanjutkan, “Kalian bahkan berani memukul Paman Barry. Apa kalian tahu Paman Barry sudah mengabdi di keluarga White selama empat puluh tahun? Dia menyelamatkan nyawa ayahku, dan dia yang membesarkanku sejak kecil. Dia yang menyelamatkanku saat hampir tenggelam. Kalau bukan karena dia, aku sudah lama mati. Paman Barry sudah seperti kakekku sendiri.”

“Untuk keluarga yang tak tahu malu seperti kalian, aku tidak sudi menjadi menantumu. Dan keluarga White tidak menginginkan menantu perempuan sepertimu!”

Christopher hanya bisa berdiri membisu, wajahnya pucat pasi. Nyonya Wilson gemetar ketakutan. Mereka mengira Barry hanyalah pelayan biasa, tak pernah menduga bahwa ia memiliki arti begitu penting bagi keluarga White.

Penyesalan kini menghantui Nyonya Wilson. Andai ia tahu lebih awal, tentu ia tak akan nekat merampok vila itu. Kini ia tidak hanya gagal mendapatkan vila, tapi juga menghancurkan masa depan cucunya! Padahal ia sangat mengandalkan keluarga White untuk kemajuan keluarga Wilson. Sekarang semuanya hancur berantakan!

“Ini semua salahmu, wanita tua!” Wendy berteriak marah pada neneknya dari lantai tempatnya terduduk. “Ini semua salahmu yang telah menghancurkan kebahagiaanku!”